Langsung ke konten utama

KARSINOMA TIROID ( KANKER TIROID )

Askep Karsinoma Tiroid (Kanker Tiroid) | Meski asuhan keperawatan kanker tiroid ini mungkin lebih berguna bagi mahasiswa akademi keperawatan, namun bukan tidak mungkin masyarakat awam juga membutuhkannya. Mengingat kasus Karsinoma Tiroid di Indonesia ternyata lumayan tinggi juga. Di dalam Askep Karsinoma Tiroid ini anda akan mendapatkan informasi mengenai apa yang sebenarnya terjadi ketika seseorang terserang kanker tiroid, klasifikasinya, penyebab umum, kemungkinan penanganan, tanda dan gejalanya,
KARSINOMA TIROID (KANKER TIROID)
A. Definisi
Karsinoma tiroid adalah suatu keganasan (pertumbuhan tidak terkontrol dari sel) yang terjadi pada kelenjar tiroid.
Kanker tiroid memiliki 4 tipe yaitu: papiler, folikuler, anaplastik dan meduller. Kanker tiroid jarang menyebabkan pembesaran kelenjar, lebih sering menyebabkan pertumbuhan kecil (nodul) dalam kelenjar. Sebagian besar nodul tiroid bersifat jinak, biasanya kanker tiroid bisa disembuhkan
Kanker tiroid sering kali membatasi kemampuan menyerap yodium dan membatasi kemampuan menghasilkan hormon tiroid, tetapi kadang menghasilkan cukup banyak hormon tiroid sehingga terjadi hipertiroidisme.
B. Klasifikasi karsinoma tiroid.
a. Karsinoma papiler, karsinoma ini berasal dari sel-sel tiroid dan merupakan jenis paling umum dari karsinoma tiroid. Lebih sering terdapat pada anak dan dewasa muda dan lebih banyak pada wanita. Terkena radiasi semasa kanak ikut menjadi sebab keganasan ini. Pertama kali muncul berupa benjolan teraba pada kelenjar tiroid atau sebagai pembesaran kelenjar limfe didaerah leher. Metastasis dapat terjadi melalui limfe ke daerah lain pada tiroid atau, pada beberapa kasus, ke paru.
b. Karsinoma folikuler, karsinoma ini berasal dari sel-sel folikel dan merupakan 20-25 % dari karsinoma tiroid. Karsinoma folikuler terutama menyerang pada usia  di atas 40 tahun. Karsinoma folikuler juga menyerang wanita 2 sampai 3 kali lebih sering daripada pria. Pemaparan terhadap sinar X semasa kanak-kanak meningkatkan resiko jenis keganasan ini. Jenis ini lebih infasif daripada jenis papiler.
c. Karsinoma anaplastik, karsinoma ini sangat ganas dan merupakan 10% dari kanker tiroid. Sedikit lebih sering pada wanita daripada pria. Metastasis terjadi secara cepat, mula-mula disekitarnya dan kemudian keseluruh bagian tubuh. Pada mulanya orang yang hanya mengeluh tentang adanya tumor didaerah tiroid. Dengan menyusupnya kanker ini disekitar, timbul suara serak, stridor, dan sukar menelan. Harapan hidup setelah ditegakkan diagnosis, biasanya hanya beberapa bulan.
d. Karsinoma parafolikular, karsinoma parafolikular atau meduller adalah unik diantara kanker tiroid. Karsinoma ini umumnya lebih banyak pada wanita daripada pria dan paling sering di atas 50 tahun. Karsinoma ini dengan cepat bermetastasis, sering ketempat jauh seperti paru, tulang, dan hati. Ciri khasnya adalah kemampuannya mensekresi kalsitonin karena asalnya. Karsinoma ini sering dikatakan herediter.
C. Etiologi
Etiologi dari penyakit ini belum pasti, yang berperan khususnya untuk terjadi well differentiated (papiler dan folikuler) adalah radiasi dan goiter endemis, dan untuk jenis meduler adalah faktor genetik. Belum diketahui suatu karsinoma yang berperan untuk kanker anaplastik dan meduler. Diperkirakan kanker jenis anaplastik berasal dari perubahan kanker tiroid berdiferensia baik (papiler dan folikuler), dengan kemungkinan jenis folikuler dua kali lebih besar.
Radiasi merupakan salah satu faktor etiologi kanker tiroid. Banyak kasus kanker pada anak-anak sebelumnya mendapat radiasi pada kepala dan leher karena penyakit lain. Biasanya efek radiasi timbul setelah 5-25 tahun, tetapi rata-rata 9-10 tahun. Stimulasi TSH yang lama juga merupakan salah satu faktor etiologi kanker tiroid. Faktor resiko lainnya adalah adanya riwayat keluarga yang menderita kanker tiroid dan gondok menahun.
D. Patofisiologi
Adenokarsinoma papiler biasanya bersifat multisentrik dan 50% penderita dengan ada sarang ganas dilobus homolateral dan lobus kontralateral. Metastasis mula-mula ke kelenjar limfe regional, dan akhirnya terjadi metastasis hematogen. Umumnya adenokarsinoma follikuler bersifat unifokal, dengan metastasis juga ke kelenjar limfe leher, tetapi kurang sering dan kurang banyak, namun lebih sering metastasisnya secara hematogen. Adenokarsinoma meduller berasal dari sel C sehingga kadang mengeluarkan kalsitonin (sel APUD). Pada tahap dini terjadi metastasis ke kelenjar limfe regional. Adenokarsinoma anaplastik yang jarang ditemukan, merupakan tumor yang tumbuh agresif, bertumbuh cepat dan mengakibatkan penyusupan kejaringan sekitarnya terutama trakea sehingga terjadi stenosis yang menyebabkan kesulitan bernafas. Tahap dini terjadi penyebaran hematogen. Dan penyembuhan jarang tercapai. Penyusupan karsinoma tiroid dapat ditemukan di trakea, faring, esophagus, N.rekurens, pembuluh darah karotis, struktur lain dalam darah dan kulit. Sedangkan metastasis hematogen ditemukan terutama di paru, tulang, otak dan hati.
E. TANDA DAN GEJALA
  1. Sebuah benjolan, atau bintil di leher depan (mungkin cepat tumbuh atau keras) di dekat jakun. Nodul tunggal adalah tanda-tanda yang paling umum kanker tiroid.
  2. Sakit di tenggorokan atau leher yang dapat memperpanjang ke telinga.
  3. Serak atau kesulitan berbicara dengan suara normal.
  4. Pembengkakan kelenjar getah bening, terutama di leher. Mereka dapat ditemukan selama pemeriksaan fisik.
  5. Kesulitan dalam menelan atau bernapas atau sakit di tenggorokan atau leher saat menelan. Ini terjadi ketika mendorong tumor kerongkongan Anda.
  6. Batuk terus-menerus, tanpa dingin atau penyakit lain.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan Laboratorium.
Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor jinak dan ganas tiroid belum ada yang khusus, kecuali kanker meduler, yaitu pemeriksaan kalsitonon dalam serum. Pemeriksaan T3 dan T4 kadang-kadang diperlukan karena pada karsinoma tiroid dapat terjadi tiroktositosis walaupun jarang. Human Tiroglobulin (HTG) Tera dapat dipergunakan sebagai tumor marker dan kanker tiroid diferensiasi baik. Walaupun pemeriksaan ini tidak khas untuk kanker tiroid, namun peninggian HTG ini setelah tiroidektomi total merupakan indikator tumor residif atau tumbuh kembali (barsano). Kadar kalsitonin dalam serum dapat ditentukan untuk diagnosis karsinoma meduler.
2) Radiologis
a. Foto X-Ray
Pemeriksaan X-Ray jaringan lunak di leher kadang-kadang diperlukan untuk melihat obstruksi trakhea karena penekanan tumor dan melihat kalsifikasi pada massa tumor. Pada karsinoma papiler dengan badan-badan psamoma dapat terlihat kalsifikasi halus yang disertai kalsifikasi stipled, sedangkan pada karsinoma meduler kalsifikasi lebih jelas di massa tumor. Kadang-kadang kalsifikasi juga terlihat pada metastasis karsinoma pada kelenjar getah bening. Pemeriksaan X-Ray juga dipergunnakan untuk survey metastasis pada pary dan tulang. Apabila ada keluhan disfagia, maka foto barium meal perlu untuk melihat adanya infiltrasi tumor pada esophagus
b. Ultrasound
Ultrasound diperlukan untuk tumor solid dan kistik. Cara ini aman dan tepat, namun cara ini cenderung terdesak oleh adanya tehnik biopsy aspirasi yaitu tehnik yang lebih sederhna dan murah
c. Computerized Tomografi
CT-Scan dipergunakan untuk melihat perluasan tumor, namun tidak dapat membedakan secara pasti antara tumor ganas atau jinak untuk kasus tumor tiroid.
d. Scintisgrafi
Dengan menggunakan radio isotropic dapat dibedakan hot nodule dan cold nodule. Daerah cold nodule dicurigai tumor ganas. Teknik ini dipergunakan juga sebagai penuntun bagi biopsy aspirasi untuk memperoleh specimen yang adekuat.
3) Biopsi Aspirasi
Pada dekade ini biopsy aspirasi jarum halus banyak dipergunakan sebagai prosedur diagnostik pendahuluan dari berbagai tumor terutama pada tumor tiroid. Teknik dan peralatan sangat sederhana , biaya murah dan akurasi diagnostiknya tinggi. Dengan mempergunakan jarum tabung 10 ml, dan jarum no.22 – 23 serta alat pemegang, sediaan aspirator tumor diambil untuk pemeriksaan sitologi. Berdasarkan arsitektur sitologi dapat diidentifikasi karsinoma papiler, karsinoma folikuler, karsinoma anaplastik dan karsinoma medule.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS :
1. Therapi Radiasi
Pada adenokarsinoma papiler tanpa penyebaran ke kelenjar leher sebaiknya dilakukan istmolobektomi. Bila terdapat pembesaran kelenjar limfa leher, kemungkinan besar telah terjadi penyebaran melalui saluran limfa di dalam kelenjar sehingga perlu dilakukan tiroidektomi total disertai diseksi kelenjar leher pada sisi yang sama.
2. Tiroidectomi
Tiroidektomi adalah prosedur pembedahan di mana semua atau sebagian dari kelenjar tiroid akan dihapus. Kelenjar tiroid terletak di anterior bagian dari leher tepat di bawah kulit dan di depan jakun. Tiroid adalah salah satu kelenjar endokrin tubuh, yang berarti bahwa mengeluarkan produk-produknya di dalam tubuh, ke dalam darah atau getah bening. tiroid menghasilkan beberapa hormon yang memiliki dua fungsi utama: mereka meningkatkan sintesis protein di sebagian besar jaringan tubuh, dan mereka meningkatkan tingkat konsumsi oksigen tubuh.
Peran perawat adalah dalam penatalaksanaan Pre-Operatif, Intra Operatif dan Post Operasi:
1. Penatalaksanaan Pre Operasi yang perlu dipersiapkan adalah sebagai berikut:
  1. Inform Concern (Surat persetujuan operasi) yang telah ditandatangani oleh penderita atau penanggung jawab penderita
  2. Keadaan umum meliputi semua system tubuh terutama system respiratori dan cardiovasculer
  3. Hasil pemeriksaan / data penunjang serta hasil biopsy jaringan jika ada
  4. Persiapan mental dengan suport mental dan pendidikan kesehatan tentang jalannya operasi oleh perawat dan support mental oleh rohaniawan
  5. Konsul Anestesi untuk kesiapan pembiusan
  6. Sampaikan hal-hal yang mungkin terjadi nanti setelah dilakukan tindakan pembedahan terutama jika dilakukan tiroidectomi total berhubungan dengan minum suplemen hormone tiroid seumur hidup.
2. Penatalaksanaan Intra Operasi
Peran perawat hanya membantu kelancaran jalannya operasi karena tanggung jawab sepenuhnya dipegang oleh Dokter Operator dan Dokter Anesthesi.
3. Penatalaksanaan Post Operasi (di ruang sadar)
  1. Observasi tanda-tanda vital pasien (GCS) dan jaga tetap stabil
  2. Observasi adanya perdarahan serta komplikasi post operasi
  3. Dekatkan peralatan Emergency Kit atau paling tidak mudah dijangkau apabila sewaktu-waktu dibutuhkan atau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
  4. Sesegera mungkin beritahu penderita jika operasi telah selesai dilakukan setelah penderita sadar dari pembiusan untuk lebih menenangkan penderita
  5. Lakukan perawatan lanjutan setelah pasien pindah ke ruang perawatan umum.
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian keperawatan pra operasi
a. Riwayat kesehatan klien dan keluarga. Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.
b. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti
  • Pola makan
  • Pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur).
  • Pola aktivitas.
c. Tempat tinggal klien sekarang dan pada waktu balita.
d. Keluhan utama klien, mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh;
  • Sistem pulmonari (Terjadinya dispnea, kecepatan pernafasan meningkat, takipnea, suara nafas : krakel, ronki)
  • Sistem pencernaan (Anoreksia berat, mual / muntah, kekurangan zat garam, berat badan menurun dengan cepat
  • Sistem kardiovaskuler (Hipotensi termasuk hipotensi postural, nadi perifer melemah, pengisian kapiler memanjang
  • Sistem muskuloskeletal (Kelemahan pada otot, tidak mampu melakukan aktifitas / bekerja
  • Sistem neurologik dan Emosi/psikologis (Sakit kepala yang berlangsung lama yang di ikuti oleh diaforesis. kelemahan otot)
  • Sistem reproduksi (Hilangnya tanda – tanda seks sekunder, adanya riwayat monopouse dini)
e. Pemeriksaan fisik mencakup.
  • Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema disekitar leher, adanya nodule yang membesar disekitar leher.
  • Perbesaran jantung, disritmia dan hipotensi, nadi turun, kelemahan fisik
  • Parastesia dan reflek tendon menurun
  • Suara parau dan kadang sampai tak dapat mengeluarkan suara
  • Bila nodule besar dapat menyebabkan sesak nafas.
f. Pengkajian psikososial klien sangat sulit membina hubungan sosial dengan lingkungannya, mengurung diri/bahkan mania. Keluarga mengeluh klien sangat malas beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang hari. Kajilah bagaimana konsep diri klien mencakup kelima komponen konsep diri.
g. Pengkajian yang lain menyangkut terjadinya Hipotiroidime atau Hipertiroidisme.
2. Pengkajian keperawatan post operasi
a. Dasar data pengkajian
  • Pertimbangan KDB menunjukkan merata dirawat : 3 hari
  • Pola aktifitas/istirahat : insomnia, kelemahan berat, gangguan koordinasi
  • Pola neurosensori : gangguan status mental dan perilaku, seperti : bingung, disorientasi, gelisah, peka rangsang, hiperaktif refleks tendon dalam
b. Prioritas keperawatan
  • Mengembalikan status hipertiroid melalui praoperatif
  • Mencegah komplikasi
  • Menghilangkan nyeri
  • Memberikan informasi tentang prosedur
c. Tujuan pemulangan
  • Komplikasi dapat di cegah atau dikurangi
  • Nyeri hilang
  • Prosedur pembedahan/prognosis dan pengobatannya dapat dipahami
Mungkin membutuhkan bantuan pada teknik pengobatan sebagian atau seluruhnya, aktivitas sehari-hari, menjalankan tugas-tugas rumah
DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
Diagnosa Pre Operasi:
a. Ansietas berhubungan dengan faktor kurang pengetahuan tentang kejadian pra operasi dan pasca operasi, takut tentang beberapa aspek pembedahan.
Tujuan : ansietas berkurang/hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ....x24 jam
Kriteria hasil: Klien melaporkan kecemasan berkurang, mengungkapkan pemahaman tentang kejadian pra operasi dan pasca operasi, postur tubuh riileks.
Rencana Tindakan:
NO
INTERVENSI
RASIONAL
1.
2.
3.
4.
5.
Jelaskan apa yang terjadi selama periode pra operasi dan pasca operasi, termasuk test laboratorium pra op,  persiapan kulit, alasan status puasa, obat-obatan pre op, aktifitas area tunggu, tinggal diruang pemulihan dan program pasca operasi.
Informasikan klien bahwa obatnya tersedia bila diperlukan untuk mengontrol nyeri, anjurkan untuk memberitahu nyeri dan meminta obat nyeri sebelum nyerinya bertambah hebat.
Informasikan klien bahwa ada suara serak & ketidak nyamanan menelan dapat dialami setelah pembedahan, tetapi akan hilang secara bertahap dengan berkurangnya bengkak ± 3-5 hari.
Ajarkan & biarkan klien mempraktekkan bagaimana menyokong leher untuk menghindari tegangan pada insisi bila turun dari tempat tidur atau batuk. Biarkan klien dan keluarga mengungkapkan perasaan tentang pengalaman pembedahan, perbaiki jika ada kekeliruan konsep.  Rujuk pertanyaan khusus tentang pembedahan kepada ahli bedah.
Lengkapi daftar aktifitas pada daftar cek pre op, beritahu dokter jika ada kelainan dari test Lab.  pre op.
Pengetahuan tentang apa yang diperlukan membantu mengurangi ansietas & meningkatkan kerjasama klien selama pemulihan, mempertahankan kadar analgesik darah konstan, memberikan kontrol nyeri terbaik.
Pengetahuan tentang apa yang diper-kirakan membantu mengurangi an-sietas.
Praktek aktifitas-aktifitas pasca ope-rasi membantu menjamin penurunan program pasca operasi terkomplikasi.
Dengan mengungkapkan perasaan  membantu pemecahan masalah dan memungkinkan pemberi perawatan untuk mengidentifikasi kekeliruan yang dapat menjadi sumber kekuatan.  Keluarga adalah sistem pendukung bagi klien.  Agar efektif, sistem pendukung harus mempunyai mekanisme yang kuat.
Daftar cek memastikan semua aktifitas yang diperlukan telah lengkap.  Aktifitas ini dirancang untuk memas-tikan klien telah siap secara fisiologis untuk operasi dan mengurangi resiko lamanya penyembuhan.
b. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan ketakutan berkaitan dengan diagnosis kanker yang baru saja diterima, masalah potensial ketidak pastian masa depan.
Tujuan : Klien dan keluarga dapat beradaptasi secara konstruktif setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ....x 24 jam.
Kriteria hasil :
· Sering mengungkapkan perasaan terhadap perawat/dokter.
· Berpartisipasi dalam perawatan anggota keluarga yang sakit.
· Mempertahankan sistem fungsional saling mendukung antar tiap anggota keluarga.
Rencana Tindakan
NO
INTERVENSI
RASIONAL
1.
2.
3.
4.
5.
Bantu klien dan keluarga dalam menghadapi kekhawatiran terhadap situasi: resikonya, pilihan yang ada serta bantuan yang didapat.
Ciptakan lingkungan rumah sakit yang bersifat pribadi dan mendukung untuk klien dan keluarga.
Libatkan anggota keluarga dalam perawatan anggota keluarga yang sakit bila memungkinkan.
Bantu anggota keluarga untuk mengubah harapan-harapan klien yang sakit dalam suatu sikap yang realistis.
Buatlah daftar bantuan profesional lain bila masalah-masalah meluas diluar batas-batas keperawatan
Klien & keluarga mengetahui segala sesuatu yang mungkin dapat menyebabkan kekhawatiran serta dapat mengatasinya.
Klien merasa terlindungi rasa amannya.
Klien mendapat perhatian & kasih sayang dari keluarganya & keluarga dapat berperan lebih aktif dalam merawat klien.
Harapan yang tidak realistis membuat kelurga berpikir tidak objektif.
Dengan mengetahui bantuan profesional diharapkan klien dan keluarga dapat mencari alternatif dan usaha lain dalam mengobati dan merawat klien.
Diagnosa Pasca Operasi
c. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi akibat adanya perdarahan atau edema pada tempat pembedahan, kerusakan saraf laringeal atau luka pada kelenjar paratiroid.
Tujuan : mempertahankan kepatenan jalan nafas setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam.
Kriteria hasil :
1. Mengeluarkan/membersihkan sekret dan bebas aspirasi.
2. Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki/memtertahankan jalan nafas bersih dalam tingkat kemampuan/situasi
Rencana Tindakan
NO.
INTERVENSI
RASIONAL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Monitor tanda-tanda respiratori distres, sianosis, takipnea dan nafas yang berbunyi.
Periksa balutan leher setiap jam pada periode awal post op, kemudian tiap 4 jam.
Monitor frekuensi dan jumlah drainase serta kekuatan balutan.
Periksa sensasi klien karena keketatan disekeliling tempat insisi.
Pertahankan klien dalam posisi semi fowler dengan diberi kantung es (ice bag) untuk mengurangi bengkak.
Anjurkan klien untuk berbicara setiap 2 jam tanpa merubah nada atau keparauan suara.
Siapkan peralatan emergency untuk tracheostomy, suction, oksigen, perlengkapan benang jahit bedah dan kalsium IV, dalam keadaan siap pakai.
Memonitor dan mengkaji terusmenerus dapat membantu untuk mendeteksi dan mencegah masalah pernafasan.
Pembedahan didaerah leher dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas karena adanya edem post op.
Dengan mempertahankan posisi dan pemberian es dapat mengurangi pembengkakan.

Kerusakan pada saraf laringeal selama pembedahan tiroid dapat menyebabkan penutupan glottis.
Hipokalsemia, akibat dari kerusakan atau pemotongan kelenjar paratiroid dapat menyebabkan tetani dan laringospasm.
Persiapan untuk gawat darurat memastikan pemberian perawatan yang cepat dan tepat.
d. Nyeri berhubungan dengan edema pascaoperasi.
Tujuan :  Nyeri berkurang/hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam
Kriteria: Tidak ada rintihan, ekspresi wajah rileks, melaporkan nyeri dapat berkurang/hilang. Dari skala 7 berkurang menjadi 2.
Rencana Tindakan:
NO
INTERVENSI
RASIONAL
1.
2
3.
Berikan analgesik narkotik yang diresepkan & evaluasi keefektifannya.
Ingatkan klien untuk mengikuti tindakan-tindakan untuk mencegah peregangan pada insisi seperti:
ü menyokong leher bila bergerak di tempat tidur & bila turun dari tempat tidur.
ü menghindari hiper ekstensi & fleksi akut leher.
Anjurkan pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi, seperti imajinasi, musik yang lembut, dan relaksasi progresif.
Analgesik narkotik perlu pada nyeri hebat untuk memblok rasa nyeri.
Peregangan pada garis jahitan adalah sumber ketidak nyamanan.
Membantu untuk memfokuskan kembali perhatian dan membantu pasien untuk mengatasi nyeri/rasa tidak nyaman.

e. Resiko tinggi terhadap komplikasi perdarahan berhubungan dengan tiroidektomi, edema pada dan sekitar insisi, pengangkatan tidak sengaja dari para tiroid, perdarahan dan kerusakan saraf laringeal.
Tujuan: mencegah terjadinya komplikasi perdarahan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam.
Kriteria : Tidak ada manifestasi dari perdarahan yang hebat, hiperkalemia, kerusakan saraf laringeal, obstruksi jalan nafas, ketidak seimbangan hormon tiroid dan infeksi.
Rencana Tindakan:
NO
INTERVENSI
RASIONAL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Perdarahan:
d.        Pantau:
ü  TD, nadi, RR setiap 2×24 jam.  Bila stabil setiap 4 jam.
ü  Status balutan: inspeksi dirasakan dibelakang leher setiap 2x 24 jam, kemudian setiap 8 jam setelahnya.
e.         Beritahu dokter bila drainase merah terang pada balutan/penurunan TD disertai peningkatan frekuensi nadi & nafas.
f.          Tempatkan bel pada sisi tempat tidur & instruksikan klien untuk memberi tanda bila tersedak atau sensasi tekanan pada daerah insisi terasa.  Bila gejala itu terjadi, kendur-kan balutan, cek TTV, inspeksi insisi, pertahankan klien pada posisi semi fowler, beritahu dokter.
Obstruksi jalan nafas:
a)      Pantau pernafasan setiap 2×24 jam.
b)      Beritahu dokter bila keluhan-keluhan kesulitan pernafasan, pernafasan tidak tertur atau tersedak.
c)      Pertahankan posisi semi fowler dengan bantal dibelakang kepala untuk sokongan
d)     Anjurkan penggunaan spirometri insentif setiap 2 jam untuk merangsang pernafasan dalam.
e)      Jamin bahwa O2 dan suction siap tersedia di tempat.
Infeksi luka:
a.    Ganti balutan sesuai program dengan menggunakan teknik steril.
ü Beritahu dokter bila ada tanda-tanda infeksi.
Kerusakan saraf laringeal:
a.  Instruksikan klien untuk tidak banyak bicara.
ü Laporkan peningkatan suara serak dan kelelahan suara.
Hipokalsemia:
a.       Pantau laporan-laporan kalsium serum.
b.      Beritahu dokter bila keluhan-keluhan kebal, kesemutan pada bibir, jari-jari/jari kaki, kedutam otot atau kadar kalsium di bawah rentang normal.   
Ketidakseimbangan hormon tiroid:
a.       Pantau kadar T3 dan T4 serum.
b.      Berikan penggantian hormon tiroid sesuai pesanan.
Untuk mendeteksi tanda-tanda awal perdarahan. Temuan ini menandakan perdarahan berlebihan dan perlu perhatian medis segera.
Untuk mendeteksi tanda-tanda awal obstruksi pernafasan.
Temuan-temuan ini menandakan kompresi trakeal yang dapat disebabkan oleh perdarahan, perhatian medis untuk mencegah henti nafas.
Posisi tegak memungkinkan ekspansi paru lebih penuh & membantu menu-runkan bengkak.
Pernafasan dalam mempertahankan alveoli terbuka untuk mencegah ate-lektasis.
Untuk digunakan bila terjadi kompresi trakea.
Untuk melawan/mencegah masuknya bakteri.
Temuan ini menandakan infeksi luka dan perlu terapi antibiotik.
Untuk menurunkan tegangan pada pita suara.
Perubahan-perubahan ini menunjukkan kerusakan saraf laringeal, dimana hal ini tidak dapat disembuhkan.
Perubahan kadar kalsium serum terjadi sebelum manifestasi ketidak seimbangan kalsium.
Temuan ini menandakan hipokalsemia dan perlunya penggantian garam kalsium. 
Untuk mendeteksi indikasi awal ketidakseimbangan hormon tiroid.
Hormon tiroid penting untuk fungsi metabolik normal

f. Resiko tinggi terhadap penatalaksanaan pemeliharaan di rumah berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perawatan di rumah.
Tujuan : mampu memenuhi rencana pemeliharaan dirumah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam.
Kriteria: Klien mengungkapkan pemahaman tentang instruksi pulang, melakukan latihan dengan benar, mengungkapkan kepuasan dengan rencana perawatan dirumah, menghindari terjadinya komplikasi.
Rencana Tindakan:
NO INTERVENSI RASIONAL
1 Berikan instruksi untuk latihan leher fleksi, ekstensi dan latihan rotasi setelah jahitan di angkat hari ke-7. Latihan-latihan ini untuk memban-tu mencegah kontraktur otot leher.
2 Hubungi dokter bila ada tanda-tanda infeksi. Terapi antibiotik untuk mengatasi infeksi.
3 Bila tiroidektomi total dilakukan, berikan informasi tentang obat pengganti dan harus digunakan untuk sepanjang hidup. Pemahaman hubungan antara kondisi dan terapi membantu mengembangkan kepatuhan klien.
4 Berikan instrumen tertulis untuk aktifitas perawatan diri, perjanjian, evaluasi dan obat-obatan, klien kemudian evaluasi pemahaman instruksi. Instruksi verbal mungkin mudah dilupakan.

DAFTAR PUSTAKA
Doenges Marlyn E, Moorhouse Mary Frances, Geissler Alice C, 1999, “Pedoman Asuhan Keperawatan”, Edisi ke-3. Jakarta:Buku Kedokteran EGC
Tambayong, Jan. 2000. Patologi untuk Keperawatan. EGC : Jakarta
Sutjahjo, Ari. 2006. Endokrin Metabolik. Surabaya : Airlangga University Press
http://www.exomedindonesia.com/referensi-kedokteran/artikel-ilmiah-kedokteran/endokrinologi-metabolik-penyakit-dalam/2010/11/08/neoplasme-tiroid/
http://belibis-a17.com/2008/04/25/karsinoma-tiroid/
http://www.klinikindonesia.com/bedah/bedah.php
Greenspan Francis S, Baxter Jhon D, 1995, “Endokrinologi”, Edisi ke-4. Jakarta : EGC
Noer Sjaifoellah, 1996, “Ilmu Penyakit Dalam”, Edisi ke-3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI



























































































Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Manfaat Kopi Hitam

Buah Untuk Diet Berserat Tinggi

Askep Demam Berdarah / Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)